Yups, berhubung sedang bad mood gegara banyak tugas, badan meriang, dan gada uang jajan lebih baik berbagi chord lagu saja deh, ini lagu lucu kalau menurutku tapi tetep bagus, untuk yang lagi belajar gitar cobain deh. Salam Musik Indonesia!!
Sheryl Sheinafia (feat Ariel Noah)
Kutunggu Kau Putus
C G F C
Kita teman dekat
C G F C
Sudah saling percaya
C G F C
Cerita tentang kamu
C G F C
Sudah menjadi makananku
AM F C
Putus lagi nyambung lagi
AM F C
Ribut lagi baik lagi
AM F C
Kau menangis di pundakku
DM F G
Di pelukanku
reff
AM G F C
Maafkan aku jadi suka sama kamu
AM G F C
Awalnya curhat lama-lama kucemburu
AM G F C
Maafkan aku yang mengharapkan cintamu
AM G F C
Bila belum saatnya kusabar menunggu
AM G F C
Bila masih bersama kutunggu kau putus
AM G F C
Ha..aa..aaa... Ku tunggu kau putus
AM G F C
Ha..aa..aaa... Ku tunggu kau putus
[musik]
C AM G F
AM F C
Kau menangis di pundakku
DM F G
Di pelukanku
AM G F C
Maafkan aku jadi suka sama kamu
AM G F C
Awalnya curhat lama-lama kucemburu
AM G F C
Maafkan aku yang mengharapkan cintamu
AM G F C
Bila belum saatnya kusabar menunggu
AM G F C
Bila masih bersama kutunggu kau putus
AM G F C
Ha..aa..aaa... Ku tunggu kau putus
AM G F C
Oh na..aa..aaa... Ku tunggu kau putus
AM G F C
yei yee
AM G
Kita teman dekat
F C
Tapi ku tunggu kau putus
AM G
Dari dulu
F C
Kutunggu kau putus
Terima Kasih atas kunjunganya. Dapatkan informasi menarik seputar gaya hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sabtu, 26 Maret 2016
Pengertian Idealisme
PENGERTIAN
Secara
epistemologi, istilah Idealisme berasal dari kata idea yang artinya
adalah sesuatu yang hadir dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih
menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.
Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri,
pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Idealisme
merupakan salah satu aliran filsafat tradisional yang paling
tua. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak
mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan
idea.
Idealisme
dalam artian umum seperti paham atau keinginan yang sesuai dengan ideal atau
pakemnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Idealisme artinya adalah ilmu
filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yang benar
yg dapat dicamkan dan dipahami.
Idealisme
adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan
dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi
dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut
sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed
back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Idealisme
menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat dalam akal
pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan ide atau gagasan. Seorang
realisme tidak menyetujui pandangan tersebut. Kaum realisme berpendapat bahwa
yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dan
lain-lain. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa
diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).
Dalam
konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide tertinggi.
Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh fakultas
atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar, akan
didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif
tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik
terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa.
Idealisme
merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia. Sehingga
sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan,
idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan
pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan.
Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta
didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya dengan baik dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
PRINSIP
Prinsip-prisip Idealisme :
a. Menurut
idealisme realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide
(spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus
dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan.
Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
b. Realitas
atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki,
melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c. Idealisme
berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih
tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap
sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut
sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah
ekspresi dari jiwa.
d. Idealisme
berorientasi kepada ide-ide yangtheo sentris (berpusat kepada Tuhan),
kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada
norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme
bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai adanya Tuhan
sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta
ini.
Sumber
Ihsan , A. Fuad. (2010). Filsafat
Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.
Knight, George R. (2007). Filsafat
Pendidikan.Yogyakarta: Gama Media.
Senin, 14 Maret 2016
Keterampilan yang harus dimiliki seorang konselor
1. Keterampilan Atending
Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan.
Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasa klien.
Aspek-aspek keterampilan atending adalah:
a. Posisi badan(termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Ø Duduk dengan badan menghadap klien
Ø Tangan kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
Ø Merespon dengan ekspresi wajah, seperti senyum spontan atau anggukan kepala sebagai tanda setuju.
Ø Badan tegak lurus tetapi tidak kaku atau kalau perlu bisa dicondongkan ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan.
b. Kontak mata
Ø Melihat klien terutama pada waktu bicara.
Ø Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan minat atau keinginan untuk merespon.
c. Mendengarkan
Ø Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien.
Ø Mendengarkan apapun yang dikatakan klien.
Ø Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya)
Ø Memahami keseluruhan pesannya.
2. Keterampilan Mengundang Pembicaraan Terbuka
Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan pewawancara.
Pertanyaan terbuka membuka peluang klien untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya tanpa harus menyesuaikan dengan setiap kategori yang telah ditentukan oleh pewawancara.
Contoh-contoh pertanyaan yang disarankan adalah:
Contoh-contoh pertanyaan yang disarankan adalah:
a) Membantu memulai wawancara
Ø “Apa yang akan Anda bicarakan hari ini?”
b) Membantu menguraikan masalah
Ø ”Cobalah Anda menceritakan lebih banyak lagi tentang hal itu!”
Ø ”Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”
c) Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku khusus sehingga pewawancara dapat memahami dengan lebih baik apa yang dijelaskan oleh klien.
Ø ”Apa yang Anda rasakan pada saat Anda menceritakan hal ini kepada saya?”
Ø ”Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada saat itu?”
3. Keterampilan Paraprase
Paraprase adalah suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor sendiri. Maksud dari kegiatan paraprase adalah:
1) Menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan klien.
2) Mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga membantu mengarahkan wawancara.
3) Memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor. Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa yang terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi tambahan yang cermat.
Cara memparaprase adalah sebagai berikut:
a) Dengarkan pesan utama klien.
b) Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan singkat.
c) Amati pertanda atau meminta respon dari klien tentang kecermatan paraprase.
Berikut paraprase yang tidak disarankan:
Analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien yang dimaukkan dalam respon konselor.
Respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien, bukan tema utamanya.
Pemakaian kata-kata paraprase atau prase yang tidak tepat dalam wawancara (kata-kata teknis, istilah psikologi yang berlebihan)
4. Keterampilan Refleksi Perasaan
Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespon keadaan perasaan klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Kemampuan ini akan mendorong dan merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya.
Merefleksi perasaan klien merupakan suatu teknik yang ampuh, karena melalui tindakan keterampilan tersebut akan terwujud suasana keakraban dan sekaligus pemberian empati dari konselor kepada klien. Esensi dari keterampilan ini adalah untuk mendorong dan merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi yang sedang dialami.
Aspek-aspek keterampilan refleksi perasaan adalah:
a) Mengamati perilaku klien
Pengamatan ini terutama ditujukan pada postur tubuh dan ekspresi wajah klien.
b) Mendengarkan dengan baik
Penekanannya pada usaha mendengarkan dengan cermat intonasi suara klien dan kata-kata yang diucapkan.
c) Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien.
Tindakan ini dimaksudkan untuk memahami dan menangkap isi pembicaraan klien.
d) Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.
e) Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami klien.
f) Menyeleksi kata-kata yang tepat untuk melukiskan perasaan klien.
g) Mengecek kembali perasaan klien.
Untuk meyakinkan apakah respon yang diberikan konselor tepat atau tidak, konselor hendaknya melakukan pengecekan kembali dengan cara mengamati jawaban dan ekspresi klien setelah respons itu disampaikan.
5. Keterampilan Konfrontasi
Konfrontasi dalam wawancara konseling dimaknai sebagai pemberian tanggapan terhadap pengungkapan kontradiksi dari klien. Konfrontasi yang efektif tidak menyerang klien, tetapi merupakan tanggapan khusus dan terbatas tentang perilaku klien yang tidak konsisten.
Penggunaan keterampilan ini mensyaratkan beberapa tingkat kepercayaan dalam hubungan konseling yang telah dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan lain. Nada suara, cara mengintroduksi konfrontasi, sikap badan dan ekspresi wajah, serta tanda-tanda non verbal lainnya merupakan faktor-faktor utama dalam menerapkan keterampilan inil
Adapun keterampilan-keterampilan konselor sebagai berikut :
1. Keterampilan Interpersonal
Konselor yang efektif mampu mendemonstrasikan perilaku mendengar, berkomunikasi, empati, kehadiran hati dan sensitivitas terhadap suara. Ini semua berpangkal pada mendengar dalam arti mendengar dengan hati.
Hobson (1985) menyatakan bahwa ikatan antara konselor dan klien tumbuh dari penciptaan”bahasa perasaan” bersama yaitu cara berbicara bersama yang mengeluarkan ekspresi klien.
2. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri dua yakni keterampilan komunikasi non verbal dan keterampilan komunikasi verbal.
Gibson dan Mitchell membagi komunikasi non verbal atas keterampilan yakni:
1) Pergerakan anggota tubuh
2) Nada suara
3) Gaya berbicara
4) Posisi ruangan konseling
3. Keterampilan Diagnostic
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan memahami klien, memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang relevan.
4. Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap klien. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai keterampila memotivasi klien.
5. Keterampilan Manajemen
Keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan dan pengaturan fisik
Langganan:
Postingan (Atom)